Kasus Menjelang Ajal

Bookmark and Share





kasus

Hasil penelitian terhadap para korban yang selamat akibat gempa bumi di Tang Shan, China pada 1976 menunjukkan mereka mengalami perasaan aneh yang bermacam-macam saat mendekati ajal.

Selang beberapa puluh tahun ilmuwan luar negeri mengembangkan penelitian tentang studi menjelang ajal, di China akhirnya juga telah muncul buku yang memperkenalkan tentang studi menjelang ajal, misalnya buku yang diterbitkan oleh Guangming Daily, dengan judul Catatan Diskusi tentang Studi Menjelang Ajal, menyelidiki kematian dari sudut yang berbeda-beda.

Penulis telah memberi sejumlah catatan studi menjelang ajal, berdasarkan dari orang yang menjelang ajal, secara objektif telah memaparkan perasaan dan pengalaman manusia dalam proses menjelang ajal tersebut. Qin Qian Li, penyusun buku tersebut berpendapat, bahwa manusia menghadapi kematian yang tak terhindarkan, selain perasaan takut ada juga rasa penasaran.

Buku tersebut tidak saja bisa memuaskan keingintahuan dan penasaran orang-orang terhadap hal yang berkaitan dengan kematian, terlebih bisa membuat orang semakin memahami kematian, semakin menghargai kehidupan, dan semakin memahami arti kehidupan. Dalam koran resmi juga membahas risalah yang berhubungan dengan studi menjelang ajal, misalnya dalam harian China Qing Nian pada tanggal 7 Juni 2000, memuat artikel risalah studi pengenalan menjelang ajal berjudul "Bagaimana Manusia Meninggalkan Kehidupan".

Semakin banyak periset ilmiah China yang mulai melakukan penelitian studi menjelang ajal (mendekati kematian), di sini kami mengutip sebagian tesis dari Wakil Kepala Rumah Sakit An Ding, Tian Jin, ahli ilmu penyakit jiwa Dokter Feng Zhi Yin, dan rekan kerjanya, wakil kepala rumah sakit An Ding, Tian Jin Liu Jian Xun yang menerbitkan tesis edisi ke-5 tahun 1993 dari penerbitan Science and Technology, Shanghai. (Ilmu kedokteran Da Zhong).

Pada 28 Juli 1976, kota Tang Shan, di China, terjadi gempa bumi dahsyat, yang mengakibatkan kematian lebih dari 240 ribu orang, lebih dari 160 ribu orang luka parah. Dokter sukarelawan China pernah melakukan diskusi penyelidikan terhadap korban yang selamat dari bencana tersebut, sebagian besar adalah mereka yang mujur walau terkubur di reruntuhan dan terluka. Lebih dari separuh orang yang beruntung masih hidup, mengingat kembali dan mengatakan, mengaku tidak merasa takut di saat bahaya, sebaliknya pikiran sangat jernih, perasaan begitu tenang dan lega, tidak ada perasaan takut dan panik. Bahkan ada yang bisa merasakan gembira atau ceria, merasa alur pikiran luar biasa cepatnya, timbul berbagai pemikiran. Di saat demikian, masa lalu dalam kehidupan bagaikan ditayang ulang adegan demi adegan timbul dan berputar untuk kemudian hilang dengan cepat dalam benak, kebanyakan adalah hal-hal kenangan menggelikan di masa kecil, suasana pernikahan, prestasi dalam pekerjaan, rasa bahagia memperoleh hadiah atau undian dsb. Gejala ini disebut dengan kilas balik kehidupan atau "kenangan utuh".

Merasakan Kebahagiaan

Seorang gadis bermarga Liu yang berusia 23 tahun, saat gempa bumi, ruas tulang pinggangnya cacat tertimpa reruntuhan dan lumpuh selamanya. Dia menceritakan pengalaman menjelang ajal sebelum diselamatkan, dikatakan, "Alur pikiranku sangat jernih, kemampuan berpikir bertambah cepat, kenangan dinamika kehidupan yang membahagiakan berlalu dengan pesat dalam benak, saat kanak-kanak bercanda riang dengan teman sebaya, kebahagiaan saat berpacaran, kegembiraan yang indah saat mendapatkan penghargaan dari pabrikc sebagian besar dinamika kehidupan yang indah." Dia mengatakan, beberapa puluh menit sebelum diselamatkan, dalam perjalanan menjelang ajal, kebahagiaan dan kegembiraan hidup yang ia rasakan sekali dalam seumur hidupnya, ia merasakan begitu berharganya kehidupan. Oleh karenanya, meskipun ruas tulang pinggangnya cacat, dan harus menghabiskan hidupnya di atas kursi roda, namun setiap dia mengenang kembali perasaan saat itu, memberi kekuatan untuk bertahan hidup.

Yang lebih menarik sebagian besar orang menyadari atau merasakan roh memisahkan diri, dan merasakan wujud diri telah lepas dari jasad diibaratkan dengan "roh keluar dari kulit". Mereka menitikberatkan bahwa perasaan fungsional sendiri berada di ruang di luar tubuh, bukan pada otak besar, dan berpendapat tubuh fisiknya (biologis) tanpa vitalitas hidup dan pikiran. Bahkan ada yang melapor malah mengatakan, di luar tubuh fisik terlihat wujud sendiri melayang di langit-langit. Wujud diri di luar tubuh ini juga mempunyai tanda kehidupan tertentu, seperti, denyut nadi, napas dll., kadang kala masih bisa kembali ke tubuh fisik saya sendiri, atau saling berhubungan dengan cara tertentu, dibandingkan beratnya lebih ringan, namun tinggi badan dan usia sama. Ada juga yang mengatakan bahwa tubuh fisiknya tidak sehat sempurna, seperti tuli atau cacat anggota badan dan sebagainya, namun tubuh yang bukan sebenarnya malah tidak kekurangan ini. Yang dilukiskan sebagai berikut: "Saat itu tubuh terasa terbagi dua, satu terbaring di ranjang hanyalah kulit kosong, sedangkan satunya lagi adalah wujud tubuh sebenarnya, dia lebih ringan dari udara, melayang-layang, sangat nyaman."

Lorong dan Kilauan Cahaya

Sepertiga dari mereka merasakan keunikan melewati lorong bawah tanah atau terowongan, terkadang disertai suara gaduh yang aneh, ditarik atau ditekan, disebut "pengalaman melewati terowongan". Bahkan ada yang merasa hampir mencapai ujung terowongan, terlihat kilau cahaya terang. "Terang akan tiba". Seorang yang disurvei mengatakan, kalau saat itu, "Bagai angin ribut yang bergejolak, tiada tahu manusia jalan ke mana? Saat panik tidak menentu tampak sebuah gua gelap, masuk ke dalam tidak merasa takut, dalam gua bagai ada percikan air, terus berjalan, dan berjalan, di saat melihat cahaya, Saya segera berlari keluar gua, terlihat lagi terangnya hari."

Seperempat orang yang mengalami mengatakan, "Bertemu dengan wujud orang atau arwah yang tidak terlihat nyata." Kebanyakan dari mereka adalah famili yang telah meninggal dunia, bagai hidup bersama mereka atau di luar wilayah dunia fana: Orang yang dikenal semasa hidup maupun orang asing, seolah kumpul bersama. Wujud "arwahnya"-nya sering kali dilukiskan sebagai "kilauan sinar", dan oleh sebagian lainnya diartikan sebagai suatu "jelmaan" agama.

Dalam peristiwa gempa bumi Tang Shan, orang yang beruntung masih hidup di antaranya Tuan Li. Ia mengenang saat menjelang ajalnya seperti berikut: "Tubuh ini bagai sudah bukan milik sendiri lagi, anggota badan bagian bawah bagai hilang, potongan anggota badan bertebaran dalam ruang, lalu sepertinya terperosok ke dalam jurang yang sangat dalam, sekeliling gelap gulita, terdengar suara-suara aneh yang sulit dilukiskan, perasaan seperti ini berlangsung selama setengah jam. Dan mulai mengenang kembali masa hidup diri sendiri yang singkat, semua kilas balik kenangan ini semata-mata bagai alur sadar, bukan dikendalikan oleh otak besar (pikiran).

Dibawa ke sebuah Gua

Korban yang beruntung dalam peristiwa yang sama adalah Tuan Wang, ia menjelaskan: "Samar-samar bagai memasuki dunia lain, tiba-tiba muncul seseorang berjubah panjang. Dengan langkah pincang, dia menghampiriku, meskipun jarak kami sangat dekat, namun raut mukanya tidak tampak jelas. Dia membawaku masuk ke sebuah gua yang sangat dalam dan gelap, di depanku tampak gelap gulita, tanpa terasa tubuh ini berjalan mengikutinya. Hingga tiba di ujung gua gelap, saya sadar di depan mata adalah sebuah istana bawah tanah yang megah dan gemerlap. Lelaki itu masuk ke dalam dan melapor, sejenak terdengar suara dan berkata, "Biarkan dia pulang!" Saat mataku terbuka, menemukan diriku berbaring di atas ranjang pasien, dokter dan para perawat sedang tegang-tegangnya memberikan pertolongan kepadaku."

Para peneliti yang melakukan riset memperoleh 81 contoh data penyelidikan yang efektif dari orang-orang yang selamat dalam peristiwa gempa bumi dahsyat di Tang Shan, mereka mengelompokkannya menjadi 40 kategori yaitu kilas balik kehidupan, pemisahan jasad dan alam sadar, kehilangan bobot, perasaan asing pada tubuh, perasaan luar biasa pada tubuh, serasa dunia berhenti dan hancur, menyatu dengan alam semesta, serasa waktu berhenti dsb. Bagi kebanyakan yang mengalami, bisa merasakan dua atau lebih seperti yang diurai di atas sekaligus.

Dalam penyelidikan kasus di atas, meski hanya memperoleh 81 contoh penyelidikan yang merupakan yang terbanyak contoh kasus dalam sejarah penelitian menjelang ajal saat ini di dunia. Dari 81 contoh itu, terdapat 47 contoh mengalami perubahan pada sifatnya setelah pengalaman tersebut. Bagi yang alam sadarnya sangat jernih, ketika menjelang ajal sifatnya cenderung berubah lembut, sedangkan bagi yang bertemu dengan orang di luar dunia fana atau roh, alur pikiran atau perilaku di luar kendali atau pengalaman serasa diadili dsb., sifatnya menjadi optimis yang membuta atau mudah tersinggung. Setelah bangkit bagi sebagian besar orang yang mengalaminya tetap mengingatnya walau waktu sudah 10-20 tahun berselang. Hasil penyelidikan dari China ini ternyata sangat mirip dengan penyelidikan negara lain di dunia.

(Sumber: Zhengjian.net)