Columbus Diduga Pembawa Sifilis ke Eropa

Bookmark and Share



Christopher Columbus (thekidswindow.co.uk)

Dari penelitian terhadap tengkorak, sifilis tak ada di Eropa sebelum Columbus berlayar.
Sebagai seorang penjelajah, Christopher Columbus begitu dianggap berjasa, terutama setelah menemukan Amerika di abad ke-15. Tapi, reputasi Columbus rupanya tercoreng, karena Colombus dianggap menjadi biang keladi yang membawa penyakit sifilis ke Eropa.

Seperti dikutip dari laman Live Science, wabah sifilis tidak pernah terjadi di Eropa sebelum Colombus kembali ke Eropa, usai menemukan Amerika tahun 1492.

Menurut George Armelagos, ahli biologi rangka manusia dari Universitas Emory di Atlanta Amerika Serikat, epidemi sifilis pertama di Eropa tercatat pada masa Renaissanse tahun 1495. Wabah penyakit ini melanda armada perang Raja Charles VIII setelah Perancis menginvasi Naples.

Sedangkan peneliti dari Mississippi State University, Molly Zuckerman, mengatakan mengetahui sejarah penyakit ini sangat penting. "Sifilis sudah ada sejak 500 tahun silam. Orang-orang berdebat dari mana wabah ini bermula, dan tak pernah berhenti. Ini merupakan wabah pertama yang mendunia, dan dengan memahami dari mana ini bermula dan menyebar akan membantu untuk melawan penyakit ini," kata Molly Zuckerman.

Awalnya, Armelagos sendiri meragukan teori Columbus sebagai 'pembawa' wabah sifilis ke Eropa. Tapi fakta yang ditemukan Armelagos dalam peneltian mendalam yang dilakukan, membuatnya terkejut.

Menurut Armalagos, awalnya ada 50 rangka yang berasal dari masa sebelum Columbus mulai berlayar, yang diduga sebagai rangka manusia yang terjangkit sifilis. Sebanyak 50 rangka ini awalnya seperti membantah teori Columbus sebagai pembawa wabah sifilis.

Namun, Armelagos dan koleganya kemudian melihat kembali data yang ada di rangka itu. Mereka menemukan, materi rangka-rangka itu tidak memenuhi standar diagnosa orang yang menderita sifilis. Misalnya saja, tak ada lubang di tengkorak yang dikenal dengan sebutan "caries sicca", dan juga tak ada lubang dan pembengkakan di tulang kering.

"Tak ada bukti yang bagus bahwa pernah ditemukan kasus sifilis sebelum tahun 1492 di Eropa," ujar Armelagos. Tahun 1492 adalah saat Columbus menemukan Amerika.

Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Treponema pallidum, yang sekarang bisa disembuhkan dengan anti-biotik. Jika tidak dirawat, maka sifilis bisa menyebabkan kerusakan hati, otak, mata, dan tulang, dan berdampak fatal.

Secara umum, orang mengetahui penularan sifilis disebabkan melalui hubungan seksual. Peneliti dari Universitas Emory, Kristin Harper, kemudian mengatakan ini menimbulkan stigatisasi. Asal penyakit ini kemudian menjadi kontroversi, sebab ada kesan orang ingin menyalahkan suatu bangsa atas penyakit ini.

Tapi, sejumlah laporan penelitian mengungkap, penyakit sifilis banyak didapat di sejumlah kawasan pantai. Karena itu, makanan laut pun diduga menjadi salah satu sebab penyakit sifilis. Karena banyak makanan laut yang mengandung "old carbon", dari hewan yang tinggal di lautan dalam.

Karena itu para peneliti ini pun kemudian berusaha mencari tahu mengenai kandungan makanan laut yang dimakan manusia ini saat hidup, dari rangka yang tertinggal.

Awal teori Columbus sebagai pembawa sifilis sendiri berdasarkan penelitian terhadap treponemos, yang menyebabkan penyakit Treponematosis, seperti sifilis, bejel (kulit kronis akibat infeksi), dan yaws.

Setelah membandingkan 26 strain (variasi virus atau bakteri) treponemes dari Afrika, Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika, dan Pasifik, para peneliti ini menemukan bahwa strain yang menyebabkan penyakit sifilis berasal dari Amerika Selatan. Dengan kata lain, itu berasal dari 'Dunia Baru' yang ditemukan Columbus.