KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY

Bookmark and Share


KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY

R.P.Koesoemadinata

Dari penjelasan Pak Danny, terkuak adanya pemunculan teori atau lebih yang prinsip yang mendasar (fundamental prinsiple) baru yaitu kembalinya Catastrophism Principle (atau dalam bahasa Indonesia disebut teori Malapetaka) dalam ilmu geologi, dan sekarang diaplikasikan ke bidang Archeologi, runtuhnya atau hilangnya suatu peradaban adalah disebabkan karena adanya bencana, bencana lokal maupun bencana global.
Sebagaimana diketahui ilmu geologi modern dinyatakan setelah munculnya Prinsip Uniformitarianism dari James Hutton yang melawan prinsip Malapetaka, yang terutama meng-"invoke" adanya suatu bencana (global) untuk perubahan-perubahan yang terjadi di muka bumi, khususnya kepunahan massal yang pada waktu itu diketahui dari penelitian fossil, adanya urut-urutan lapisan yang masing-masing mengandung susunan (assemblage) fossil tertentu dibandingkan dengan urutan lapisan yang di atas maupun di bawahnya, yang oleh Cuvier disebabkan terjadi malapetaka global setiap kalinya (kalau tidak salah dinyatakan ada 13 kali bencana global). Prinsip ini secara telak dikalahkan dengan prinsip uniformitarianism, di mana proses2 di bumi berjalan seragam, kepunahan massal masih dapat diterangkan dengan evolusi yang dipercepat (tentu sangat diperkuat dengan ajaran Darwin). Juga gejala-gejala besar seperti Grand Canyon, Pegunungan Himalaya, dsb tidak perlu dijelaskan dengan suatu event yang katastropik, cukup dengan proses-2 yang berlangsung sekarang yang sangat perlahan-perlahan tetapi berilah waktu jutaan, bahkan ratusan juta tahun maka gejala geologi yang maha besar itu akan terwujud. Prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb.

Namun prinsip katastrophism mulai muncul kembali dengan hasil temuan Alvarez ayah-anak (Alvarez Sr adalah nuclear physicist, Alvarez Jr. Geologist) di tahun 80-an, yang menemukan adanya peningkatan kadar isotop Irridium yang luar biasa pada batas Kapur-Tersier yang kemudian disebutnya KT-boundary pada Gubio Shale di Itali. Gejala ini dijelaskan dengan adanya benturan meteor di selatan Teluk Mexico, dan menjadi sangat populer untuk menjelaskan punahnya dinosaurus. Bukti-bukti untuk ini banyak ditemukan dalam bentuknya jelaga, shocked quartz dan banyak lagi. Selain itu para ahli mulai mencari kawah2 meteor lainnya yang banyak diketemukan. Punahnya fauna Paleozoic di jelaskan pula dengan benturan asteroid, sehingga terjadi bencana jenis ini harus diakui sebagai proses geologi yang lumrah. Nah mulai lah kembaliprinsip malapetaka ini atau disebut Neo-Catastrophism. Selain benturan asteroid sekrang juga keberadaan supervolcanic eruption mulai disadari yang dapat merubah iklim dunia dengan "nuclear winternya" dan kepunahan kehidupan massal, dan mulai dikenalnya konsep supervolcano yang tidak berbentuk kerucut, seperti Toba Supervolcano, Yellowstone Supervolcano. Juga keberadaan flood-basalt seperti Deccan Trap, Siberian Trap, Columbia Plateau, sekarang ini ditafsirkan sebagai suatu letupan yang dahsyat yang mengeluarkan abu dan gas-gas CO2 dan belerang dan menjadi malapetaka untuk seluruh dunia.

Saluran televisi seperti National Geographic, Discover Channel, BBC Knowledge, History sangat rajin menayangkan masalah malapetaka global ini. Silahkan simak di Indovision atau Cable Vision. Namun 'mainstream" geology kelihatannya belum terlalu terpengaruhi dengan fakta-fakta ini dan masih mempertahankan Uniformitarianism. Paling tidak merevisinya dengan apa yang disebut "Punctuated Uniformitarianism" (proses-proses geologi berjalan seperti biasa, tetapi diwarnai dengan terjadinya katastrofi pada waktu-waktu tertentu). Apakah prinsip ini sekarang sudah diajarkan pada matakuliah Geologi Dasar Gl 101 atau Geologi Sejarah, saya tidak tahu. Sebagaimana dijelaskan di atas Prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskanunconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb.
Saya baru sadar dari penjelasan Pak Danny Hilman, bahwa Prinsip Neo-Catastrophism ini sekarang juga kelihatannya diterapkan dibidang arkeologi, bahwa suatu peradaban itu berakhir oleh karena suatu bencana, meskipun bencana yang bersifat lokal, seperti Peradaban Maya dengan piramide-nya berakhir karena bencana perubahan iklim yang dahsyat, atauperadaban Borobudur dengan letusan Merapi. Makanya research-nya Pak Andang dan Pak Danny ini giat mencari bukti-bukti adanya peristiwa bencana purba, seperti tsunami, gempa bumi, ledakan gunung api dan mencoba menghubungkan dengan peradaban dalam bentuk piramide atau bangunan megalithik. Maka tidak aneh kalau "bergabung" dengan team Katastrophic Purba dan keterkaitannya dengan "piramid"

Mudah-mudahan hal pencerahan ini adalah seusai dengan yang dimaksud Pak Danny dan Pak Andang.

RPK----- Original Message ----- From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Saturday, February 04, 2012 9:33 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY

Mang Okim dan Rekan-rekan IAGI yang baik,
Perkenankan saya menguraikan ini dari sudut yang berbeda.

Kebetulan saya berkesempatan berdiskusi panjang lebar sampai 1 jam lebih
dengan Mang Stephen Oppenheimer itu waktu tgl 2 Februari kemarin. Saya
juga hadir ketika rombongan Pak Gumilar dan Mang Oppenheimer bertemu dan
berbincang-bincang dengan Presiden SBY.

Oppenheimer adalah seorang dokter spesialisasi di bidang genetika. Obyek

utama dari riset beliau adalah DNA manusia dari berbagai pelosok Indonesia,


Asia, Afrika, dll. Saya sangat kagum dengan kemampuan dari riset DNA ini,
meskipun terusterang belum mengerti sepenuhnya. Yang jelas, dari DNA
manusia yang hidup di satu wilayah kita bisa merekonstruksi evolusi
perkembangan DNA tersebut sampai sampai puluhan ribu tahun ke belakang
dengan ketelitian yang mengagumkan (meskipun tentu saja tidak seakurat
radiometric dating untuk time histories-nya). Nah berdasarkan riset DNA,


manusia Indonesia yang hidup sekarang dapat diketahui bahwa nenek moyang nya


sudah di Nusantara sejak 60.000 tahun lalu.  Ini sangat menarik, karena
kemungkinannya adalah permulaan masa re-populasi manusia setelah Letusan
Katastropik Toba!

Dari meneliti DNA ini pula Openheimer dapat memetakan pergerakan populasi
manusia purba. Yang membuat saya "excited" adalah hasil pemetaan DNA yang
menunjukan adanya penyebaran populasi tiba-tiba dari manusia (human

dispersions) sebagai respon terhadap bencana banjir besar (kenaikan airlaut


yang sangat cepat atau tiba-tiba) sebanyak tiga kali yaitu dalam perioda
15.000 sampai dengan 8.000 tahun lalu (seperti yang pernah saya uraikan di
email ke Pak Koesoema). Alhamdulillah, saya juga dapat Info baru dari

Oppenheimer bahwa diduga kuat terjadi banjir katastropik purba sekitar 8000


tahun lalu (6000 SM) ditandai oleh "human dispersal" tsb .  Jadi banjir
katastropik ini tidak hanya terjadi pada sekitar 14.800 tahun lalu dan
12.000-an tahun lalu saja seperti yang saya pahami sebelumnya.

Ngomong-ngomong soal penggenangan daratan Sunda sejak 20.000 s/d 8000 tahun



lalu itu, Openheimer bilang bahwa dia terpaksa ngomong bak geologist untuk
bukunya tsb, dan dengan rendah hati minta maaf kalau salah-salah katanya
(sambil tersenyum). Kemudian kita ngobrol tentang betapa indah permainya
"lembah" Laut Jawa pada waktu masa sebelum tergenang laut, yaitu sebuah

dataran padang rumput yang sangat luas dialiri oleh sungai yang sangat besar


yang berhulu ke Pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan sekarang, juga

dikelilingi oleh hutan tropis, dan gunung-gunung api... benar-benar Eden in


the East. Ingat juga bahwa pada jaman dingin diantara 20.000 s/d 10.000

tahun lalu iklim masih ekstrim - dan wilayah yang paling tidak ekstrim adaah


di dekat khatulistiwa (Saya dengarbaru-baru ini ada larangan ke beberapa
Negara di Eropa karena iklim di sana sangat ekstrim - banyak orang
meninggal...). Saya bercanda bahwa:"kalau saya adalah bangsa yang paling
adikuasa di Dunia waktu itu maka sudah dipastikan wilayah Indonesia
khususnya lembah Laut Jawa yang akan saya diami (kalau perlu saya taklukan
dulu penduduk aslinya)" - Oppenheimer tertawa, lalu bilang: "Benar, tentu
saja; Saya yakin bahwa manusia Nusantara Purba mendiami wilayah dataran
rendah tersebut sebelum digenangi air". Lalu teman di sebelah langsung
nyeletuk iseng: " Jadi Pak Oppenheimer percaya bahwa Atlantis itu di


Indonesia". Ini jawaban Oppenheimer: "Hmm, saya selalu berusaha menghindari


nama itu (bukannya tidak percaya) karena setiap saya bilang Atlantis
orang-orang langsung memalingkan muka". Katanya sambil mesem-mesem.

Kemudian teman di sebelah saya nyeletuk lagi:" Sudah dengar tentang Piramid


Sadahurip?  Apakah Pak Oppenheimer percaya Piramid itu ada"? (dalam hati
saya: "waduhh konyol juga nih teman...kaya pertanyaan wartawan aja J).
Jawaban Oppenheimer, seperti yang saya duga: "Hmm, yeahh, that's
interesting, but forgive me that I always be skeptical to hear such things

until I know the facts". Teman itu terlihat agak kecewa, tapi saya bisikan :" Jawaban dia justru bagus, artinya dia peneliti beneran; kalau dia bilang percaya saya malah akan kecewa". Kemudian saya cerita bahwa kami menemukan



hard facts yang menakjubkan di Gunung Padang - yang dikenal sebagai Situs
Megalitikum. Saya cerita sedikit - dan Oppenheimer kelihatannya sangat
tertarik, dia bilang ingin sekali berdiskusi tentang masalah "scientific
findings" detil di Gunung Padang. Dia bilang kalau punya waktu ingin

berkunjung ke sana. Oppenheimer sebetulnay berencana datang pada acara tgl


7 Februari, tapi minta maaf tidak bisa karena harus segera ke Bali untuk
persiapan acara Seminar Kebudayaan di Sanur yang diadakan oleh UI.

Kemudian Oppenheimer bilang bahwa tentu saja akan sangat mengagumkan apabila


kita dapat menemukan artefak berupa sebuah  Monumen/bangunan purba yang
megah, meskipun demikian dia tidak riset kearah sana karena terlalu susah

katanya (dalam hati saya:"tentu saja, ente kan dokter... ). "Yang saya cari


adalah domestikasi/peralatan-peralatan sederhana untuk pertanian dan
peternakan karena ini gampang ditemukan dimana-mana. Untuk bikin monumen
yang megah-megah pasti butuh makan kan" Kata Oppenheimer sambil senyum.
Nah, hasil penelitian Oppenheimer ini dahsyat, diantaranya adalah sbb:

1. Bahwa binatang ternak ayan, babi, dan kambing (kalo tidak salah)
adalah berasal dari Nusantara. Bangsa nusantara sudah berternak ini sejak
SEBELUM 10.000 tahun lalu! Oppenheimer menemukan bukti bahwa sekitar 8000


tahun lalu hewan-hewan ternak ini sudah dibawa oleh para pelaut Nusantara ke


Pulau Bismarck dan pulau-pulau lainnya di Pacific.  Kemudian juga tentunya
hewan-hewan ternak ini menyebar ke Asia juga.

2. Induk peradaban teknologi pertanian juga dari Nusantara (lebih dari


10.000 tahun lalu)

3. Teknologi pelayaran di dunia ini asal-muasalnya juga dari
Nusantara. Menurut Oppenheimer, yang mendorong bangsa Nusantara "dipaksa"
mengembangkan teknologi pelayaran ini adalah peristiwa banjir besar dari
14.8000 sampai 8000 tahun lalu tersebut.

Nah, bagi saya konklusi Oppenheimer bahwa di Zaman Pra Sejarah Indonesia
adalah pusat peradaban dari teknologi pertanian, perikanan, dan pelayaran
sudah lebih dari cukup. Itu adalah basis utama untuk membangun peradaban
adijaya pada masa itu...apapun namanya...sebut sajalah Kerajaan Inohong
Sunda Purba...he he he.

Masa Dokter Oppenheimer kita paksa juga untuk ngerti masalah gunung dan
piramida (mending kalo ditemenin Cici Piramida), lebih-lebih lagi disuruh

nyilem ke dasar laut seperti candaannya Pak Sby .. Kasian dong bo, udah tua


lagi...tega amat... Ta Iya J.

Catatan: Dalam acara temu-muka dengan RI-1, Pak SBY hanya tanya apakah dia



(Oppenheimer) ada niat untuk melanjutkan penelitian di Indonesia, dan kalo
iya kenapa engga ditelliti aja tuh Laut jawa yang dia duga sebagai pusat

peradaban purba-nya. Si Oppenheimer tentu saja kelabakan - klemar-klemer


dan jawabnya muter-muter ga jelas... Akhirnya Pak SBY ngomong sambil
nyengir: "Don't worry, I know your background is a medical doctor". J

Wassalam

DHN

From: Sujatmiko [mailto:m...@cbn.net.id]
Sent: Saturday, February 04, 2012 4:11 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

Di tengah riuhnya berita dan diskusi tentang Piramida Gunung Sadahurip ,

kemaren dulu 2 Februari 2012 , Pak Stephen Oppenheimer, penulis buku Eden in


The East , diberitakan berkunjung ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
kantor beliau, didampingi Rektor UI Gumilar Rusliwa Sumantri. Mang Okim
membaca beritanya dari koran Pikiran Rakyat dan Kompas Online. Berbeda
dengan berita yang santer ditiupkan selama ini bahwa Pak Stephen Oppenheimer
mendukung hipotesis piramida untuk G. Sadahurip di Garut, ternyata  ketika

didesak oleh wartawan tentang hal itu, beliau menjawab dengan enteng : Saya belum bisa memastikan apakah G.Sadahurip di Garut itu piramida atau bukan -


- - Soalnya saya belum melihatnya secara langsung ! Beliau juga mengaku

tidak pernah menemukan bukti bahwa kawasan Indonesia pada zaman dahulu kala

adalah Benua Atlantis yang hilang - - - - nah lho, pada hal bukti itulah
yang sedang marak dicari oleh banyak orang, baik lewat peralatan super
canggih , penggalian, trenching, pemboran , dll, ataupun lewat wangsit dari

leluhur  - - - demi menggali kejayaan bangsa kita di zaman baheula !

Hal lain yang membuat mang Okim bertanya-tanya adalah pernyataan Presiden
SBY yang disampaikan melalui Mendikbud M.Nuh yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut sbb : Presiden mengusulkan penelitian lanjutan tentang tesis Benua
Sunda yang terletak di Indonesia sebagai asal muasal bangsa-bangsa lain di
Asia. Jika terbukti, tesis Benua Sunda dapat membangkitkan semangat bagi

kebangkitan bangsa Indonesia pada khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.

Pertanyaan mang Okim : " Apakah karena nenek moyang kita di zaman dahulu
kala merupakan cikal bakal bangsa-bangsa lain di Asia, semangat  kita
kemudian akan bangkit ? " Bukankah kita memiliki begitu banyak tinggalan
prasejarah yang hebat-hebat yang dibiarkan tak terurus seperti antara lain
500-800 an Menhir Megalitik di Nagari Mahat , Payakumbuh, yang setiap

Menhirnya merupakan tanda kubur dari tokoh nenek moyang terkemuka pada zaman


itu ?  Mengapa kita harus mencari piramida dalam perut gunung yang oleh
embahnya ahli gunung api dinyatakan sebagai gunung api purba ? Barangkali
kalau yang memberikan pernyataan tersebut bukan Prof. Riset Dr. Sutikno
Bronto atau Drs. Luitfi Yondri M.Hum. dan apalagi mang Okim, tetapi Stephen
Oppenheimer - - - mungkin ceritanya akan lain - - - ta' iya !

Semoga bermanfaat, Salam cinta geologi ,

Mang Okim